Selama perjalanan, hati ini tiada henti-hentinya mengucapkan kalimat “MasyaAllah” untuk mengagumi keindahan yang Allah SWT berikan.

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”.

    Setelah menyelesaikan sarapan, pukul 07.30 WITA kami sudah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan dari Kota Bima ke Desa Tangga di Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Kabupaten yang berada paling ujung Timur dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

    Aku sangat menanti-nantikan perjalanan ini, karena selama pendemi Covid19 melanda dunia termasuk Indonesia, aku hampir tidak pernah lagi melakukan tugas atau perjalanan yang cukup jauh.

    Perjalanan darat kami lakukan dengan kendaraan pribadi roda empat. Kami harus rela sedikit memutari jalan karena hotel tempat kami menginap berada di jalur satu arah. Setelah bertemu perempatan lampu merah, kami berbelok kekiri dan kemudian melewati jembatan.

       Sepuluh (10) menit setelah keluar jembatan, mata ini langsung terpana pada hamparan laut biru nan menawan dan gunung-gunung hijau yang membentang. Pemandangan indah yang akan membuat mata siapa saja betah untuk berlama-lama menatapnya.


        Air yang nampak tenang dan tidak bergelombang, menandakan bahwa saat itu angin tidak bertiup kencang. Kapal-kapal nelayanpun terlihat tertambat tidak jauh dari pinggir pantai. Air pantai yang asin juga disulap oleh sebagian masyarakat sekitar menjadi tambak garam.

Anak-anak yang bermain air hingga jauh dari pinggir pantai menandakan bahwa air tidak begitu dalam.

     Ingin rasanya aku mampir sebentar, untuk benar-benar bisa merasakan keindahan dan segarnya angin pantai. Namun apa daya, karena tugas negara sudah menunggu terpaksa aku hanya bisa memendam keinginan dan menikmatinya melalui kaca jendela mobil.

        Awan putih yang menaungi laut dan gunung melengkapi anugerah Tuhan akan keindahan alam di Kabupaten Bima. Pemandangan indah ini menemani hampir 50 % perjalanan kami ke Desa Tangga.

        Rumah-rumah asli penduduk menjadi pemandangan eksotis ketika kami mulai memasuki Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Rumah yang hampir 100 % terbuat dari kayu tersebut memiliki kolong di bawahnya untuk tempat tinggal ternak mereka.

      Setibanya di Desa Tangga, kamipun disambut oleh segerombolan sapi yang hendak menyebrang jalan. Yah, hewan-hewan ternak di sini baik sapi ataupun kambing dibiarkan bebas oleh si empunya, sehingga tidak jarang mereka terlihat berada di persawahan maupun pinggir jalan.


        Kamipun tiba di Desa Tangga, desa yang dikelilingi oleh pegunungan. Seluas mata memandang, nampak gunung-gunung nan hijau dan persawahan.

        Air yang melimpah membuat masyarakat di Desa Tangga banyak memilih untuk bercocok tanam dengan menanam padi, jagung, jahe serta bawang merah. Pekerjaan yang menjadi pilihan mereka selain berternak sapi dan kambing.

        Berada di Desa Tangga, membuat saya benar-benar melupakan sejenak hiruk-pikuknya perkotaan. Lelah karena perjalanan terbayarkan oleh indahnya alam Desa Tangga.